Kamis, 21 November 2013

FILSAFAT ILMU : TEORI TOERI KEBENARAN



                                                                                BAB I
                                                   PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah

Kebenaran merupakan suatu hal yang menjadi landasan atau dasar kita untuk bertindak dan berpikir. Apakah kebenaran yang kita anggap benar itu merupakan sesuatu kebenaran hakiki ataupun suatu kebenaran relative, tetap saja kita memerlukan kebenaran dalam membaca kehidupan ini. Dalam ilmu pengetahuan, kebenaran diperoleh dengan cara metode ilmiah. Untuk menemukan dan merumuskan sebuah teori atau rumus, harus sampai pada kebenaran yang benar-benar valid. Filsafat dipahami sebagai suatu kemampuan berfikir mengguakan rasio dalam menyelidiki suatu objek atau mencari kebenaran yang ada dalam objek yang menjadi sasaran. Kebenaran itu sendiri belum pasti melekat dalam objek. Terkadang hanya dapat dibenarkan oleh persepsi-persepsi belaka, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai universal dalam filsafat.[1]




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Teori Kebenaran?
2.      Menyebutkan dan Menjelaskan Teori-Teori Kebenaran?


C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian Teori Kebenaran
2.      Memahami Teori-Teori Kebenaran






                                                  BAB II
                                          PEMBAHASAN

A.    Pengertian  Kebenaran dan Kaitannya

Dalam kamus umum bahasa indonesia, yang ditulis oleh Purwadarminta menjelaskan bahwa kebenaran adalah : 1). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya), misalnya, kebenaran berita ini masih saya ragukan, kita harus berani membela kebenaran dan keadilan; 2). Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya, dan sebagainya), misalnya kebenaran yang diajarkan oleh agama; 3). Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan kebenaran hatimu; 4). Selalu izin, perkenanan, misalnya dengan kebenaran yang dipertuan; 5). Jalan kebetulan, misalnya penjahat itu tidak dapat dibekuk dangan secara kebenaran saja.[2]

Kata "kebenaran" dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak (Abbas Hamami, 1983). Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement.[3]

B.     Teori-teori Kebenaran

1.      Teori kebenaran Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua term. Ada tiga hal pokok dalam suatu proposisi, yaitu: subyek, predikat, kopula(tanda). Penghubung antara subyek dengan predikat adalah tanda atau sering disebut kopula. Contoh: “setiap manusia adalah tidak kekal” term “setiap manusia” adalah subyek, dan term “tidak kekal” adalah predikat, sedangkan adalah merupakan kopula. Kalimat tersebut dlihat dari struktur kalimatnya sempurna, serta maknanya benar. Berarti kalimat tersebut Proposisi. [4]
Tapi jika kalimat tersebut diubah sedikit saja, bisa berarti tidak proposisi lagi, alasannya karena sisi maknawiyahnya tidak ada. Contoh “setiap manusia adalah kekal”. Ini bukan proposisi lagi, sebab kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi manusia.

Dari gambaran tersebut terlihat jelas bahwa logis dan tidaknya teori filsafat akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan atau teori tersebut. Oleh karena itu, fungsi argumen sangat penting, sama pentingnya fungsi data pada ilmu pengetahuan. Karena argumen akan menjadi satu kesatuan dengan konklusi, konklusi itulah yang disebut teori filsafat. Bobot kebenaran teori filsafat terletak pada kekuatan argumen, bukan pada kehebatan konklusinya.


2.      Teori kebenaran Koherensi

Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Jadi, suatu pernyataan dianggap benara apabila pernyataan-pernyataan terseut dalam keadaan saling berhubungan dengan pernyataan-pernyataan lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Dengan kata lain suatu proposisi itu benr jika mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi  yang telah ada dan benar adanya. Contoh: semua manusia akan mati adalah pernyataan yang selama ini memang benar. Jika Siti adalah manusia pasti akan mati, merupakan pernyataaan yang benar pula. Sebab pernyataan kedua, konsisten dengan pernyatan yang pertama.[5]
Contoh lain: Seluruh mahasiswa PAI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu. Ahmad adalah mahasiswa PAI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga. Jadi, Ahmad harus mengikuti kegiatan perkuliahan Filsafat Ilmu.

3.      Teori Kebenaran Korespondensi
Menurut teori ini, suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dengan objek yang dituju oeh pernyataan tersebut. Pernyataan itu benar karena ada kesatuan yang Intrinsik, intensional terdapat kesesuaian antara yang ada di dalam pengetahuan subjek. Jadi kebenaran itu adalah kesesuaian daengan fakta, keselarasan dengan realitas, dan keserasian dengan situasi aktual.[6] Contoh : Propinsi Jawa Tengah berada di pulau Jawa, pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau realitas yang ada.  Tidak benar jika propinsi Jawa Tengah berada di Pulau Kalimantan ataupun Papua, karena kenyataannya  Jawa Tengah berada di Pulau Jawa.
           
4.      Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme
Menurut teori ini, suatu Proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat. Kattsof(1986) menguraikan tentang teori kebenaran pragmatis ini adalah penganut Pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi. Atau proposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang memuaskan terhadap pengalaman, pernyataan itu adalah benar. Contoh: seseorang naik bis, kemudian akan turun dan bilang kepada kondektur “kiri”, kemudian bis akan berhenti di posisi kiri. Dengan berhenti di posisi kiri, penumpang tersebut bisa turun dengan selamat. Jadi mengukur kebenaran tidak dilihat karena Bis berhenti di posisi kiri, tapi penumpang bisa turun dengan selamat karena bis berhenti di posisi kiri.[7]




5.      Teori kebenaran Performatif

Menurut Lacey A.R, yang dikutip oleh Ali Mudhofir, menjelaskan bahwa teori kebenaran performatif menekankan pada kata “benar”. Maksud dari kata tersebut ialah jika suatu ungkapan dipandang benar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan konkrit. Sebaliknya akan menjadi tidak bermakna apabila tidak sesuai dengan realitanya. Contohnya, seseorang mengatakan “ saya bisa membaca al-quran”. Ketika kemudian orang tersebut diberi al-quran ataupun juz amma, kemudian orang tersebut disuruh membacanya dan ternyata bisa, maka pernyatannya “benar”(secara performati). Tapi ucapan itu tidak akan bermakna apabila orang tersebut tidak bisa membacanya.[8]

6.      Teori kebenaran Struktural Paradigmatik
Menurut lichtenberg, yang dikutip oleh Noeng Muhadjir, menyatakan bahwa bisa terdapat hubungan struktural pada berbagai hal yang sifatnya konstan dan dalam domein disiplin ilmu yang beragam.[9] Contohnya, ketika seseorang membahas tentang perhitungan hari, maka tidak akan lepas dari pembahasan peredaran bumi yang menjadi wilayah astronomi dan perhitungan yang menjadi wilayah matematika, Antara keduanya (matematika dan astronomi) jelas berbeda disiplin ilmunya, namun secara struktural keduanya tidak dapat dipisahkan fungsinya. Hubungan itulah yg disebut paradigmatik.[10]







                        BAB III
                      PENUTUP
           

A.    Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menemukan kebenaran manusia berbeda-beda dalam metode dan cara berfikirnya, sehingga muncullah teori-teori kebenaran yang bermacam-macam. Seperti Proposisi, korespondensi, koherensi, pragmatik, performatif, struktural paradigmatik dll. Teori- teori diatas adalah cara-cara manusia dalam menemukan kebenaran yang sifatnya relatif. Kebenaran yang sejati hanyalah milik Allah swt yang disampaikan kepada manusia melalui wahyu, yang kemudian oleh manusia dipelajari dan di observasi untuk kebaikan umat manusia itu sendiri.(waallahu ‘alam bishawwab)


B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, tentu masih sangat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, agar kedepannya penulis dapat lebih baik dalam menulis makalah. Semoga makalah ini bissa bermanfaat bagi kita semua













Daftar Pustaka


Adib, Muhammad. 2010.“Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan”. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
Bachri ghazali dkk. 2005. Filsafat Ilmu. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:Pokja akademik UIN Sunan Kalijaga
Surajiyo.2007.  Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Suatu Pengantar. Jakarta:Bumi Aksara
Susanto A. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi. Jakarta:Bumi Aksara














[1] Moh. Adib. “Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan”.(Pusataka Pelajar:Yogyakarta:2010) hal: 117
[2] A. Susanto.Filsafat Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis...(Bumi Aksara,Jakarta:2011)hlm 86
[3] Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Suatu Pengantar.(Bumi Aksara, Jakarta:2007) hlm 103
[4] Bachri ghazali dkk., Filsafat Ilmu.(Pokja akademik UIN Sunan Kalijaga:2005) hlm 74-75
[5]A. Susanto. Filsafat Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,...(Bumi Aksara,Jakarta:2011).hlm 86-87
[6] A. Susanto. Filsafat Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,.(Bumi Aksara,Jakarta:2011).hlm 87
[7] Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Suatu Pengantar(Bumi Aksara, Jakarta:2007) hlm  106
[8] Bachri ghazali dkk. Filsafat Ilmu.(Pokja akademik UIN Sunan Kalijaga:2005) hlm 87
[9] Ibid hlm 84

Kamis, 14 November 2013

arifah muji: aku dan cita citaku yang pupus

arifah muji: aku dan cita citaku yang pupus:                            Aku dan Cita-citaku yang Pupus                                                 Arifah muji Sebenarny...

aku dan cita citaku yang pupus



                           Aku dan Cita-citaku yang Pupus
                                                Arifah muji


Sebenarnya cita-citaku ingin menjadi menteri pemberdaya perempuan, aku ingin bekerja di Komnas Perempuan, Aku ingin menjadi aktivis, Aku ingin menuntut hak-hak kaum wanita, yang kebanyakan belum terealisasikan di negara ini. Aku ingin mengubah persepsi kebanyakan orang tentang wanita,  wanita selalu dinomorduakan derajatnya dengan kaum laki-laki, menurutku itu tidak adil. Mereka pikir, wanita adalah kaum yang lemah, mudah menangis, mudah merajuk. Ah.... kenapa wanita dipandang begitu rendah. Aku ingin menjadi wanita yang tangguh, menjadi aktivis, menjadi wanita yang mempunyai pengalaman banyak, bisa membantu orang banyak bisa pergi kemana saja aku mau. Tapi karena penyakit yang menggerogoti kulitku inilah yang membuatku tidak sebebas wanita-wanita lain, aku ingin seperti mereka, bisa pergi bebas, bebas pergi kemana saja sesuka hatiku, berpetualang, mengetahui banyak hal tentang dunia luar.

Sedangkan Aku, Aku harus berhenti kuliah, Dokter tidak membolehkan Aku kuliah, karena penyakitku akan semakin parah dalam waktu yang cepat. Apalagi ibu bapakku, mereka menginginkan agar aku di rumah saja. Orangtuaku tidak menginginkan Aku semakin sakit, sehingga Aku diharamkan untuk keluar rumah, kecuali untuk chek up ke Dokter. Itu saja harus malam hari, Aku tidak boleh terkena Matahari sedikitpun. Karena kalau terkena Matahari sedikit saja, kulitku langsung terasa sakit, dan rasa sakit  kulitku harus Aku rasakan hingga berhari-hari. Tuhan, sampai kapankah Aku menderita seperti ini, karena penyakit ini Aku tidak bisa meraih cita-citaku, aku tidak bisa kuliah, aku harus berhenti kuliah dari jurusan PAI, jurusan yang aku impikan sejak Aku kelas 3 SMP. Aku ingin menjadi Guru Agama, minimal guru bagi diriku sendiri dan bagi anak-anakku, tapi kanker kulitku ini, membuat semua cita-citaku ini sirna.

Aku sangat kesepian. Tiap pagi sampai sore bahkan sampai malam, Aku hanya sendirian, karena ibu bapakku harus bekerja banting tulang untuk menyambung hidupku yang mungkin tidak akan bertahan lebih lama lagi.  Aku rindu memiliki kakak dan adik, tapi kerinduanku ini mungkin tidak akan terbayarkan hingga Aku mati nanti, karena kenyataannya Aku adalah anak pertama, dan untuk punya Adik kemungkinan besar juga tidak bisa. Karena ibuku terkena kanker rahim dan sudah tidak bisa mempunyai anak lagi, rahim ibuku sudah diangkat ketika aku umur 5 tahun, sedangkan bapakku, beliau tidak ingin menikah lagi kecuali dengan Ibuku.

Lalu kemana perginya teman-temanku itu??????. Setelah aku lulus dari Madrasah Aliyah dan bisa kuliah dijurusan yang Aku inginkan, walaupun hanya beberapa bulan saja Aku kuliah, karena harus keluar kuliah dikarenakan Aku terdiagnosa menderita kanker kulit, dan tidak boleh terkena sinar matahari, lalu mereka hilang seperti ditelan bumi, jarang sekali mereka sms dan telpon Aku. Kalaupun Aku yang sms mereka, mereka juga jarang balas sms ku, hanya beberapa teman saja yang masih peduli dengan Aku. Mungkin teman-temanku sudah memiliki kesibukan sendiri, mereka sibuk dengan dunia barunya dan cita-citanya. Tidak seperti Aku, yang hanya menyelami kesedihanku lewat catatan catatan kecilku di rumah yang begitu mungil ini. Aku selalu mencurahkan segala kesedihanku dan kegalaunku lewat tulisan-tulisan yang Aku tulis di buku maupun di Laptop. Dan, Hal yang tidak pernah Aku tinggalkan setiap harinya, Aku selalu mencurahkan segala isi hatiku ini, kepada siapa lagi kalo bukan kepada Rabbku, Allah swt. Allah tidak pernah protes ketika Aku mengeluh dan meratapi kehidupanku ini, Allah selalu berbisik kepadaku, kalau Aku tidak sendirian. Allah selalu mengatakan Dia selalu ada di hatiku.

Terkadang hari-hariku hanya ku habiskan untuk nonton televisi ataupun browsing lewat internet, mungkin dengan cara itulah jiwaku bisa melanglang buana ke seluruh penjuru dunia walaupun tubuhku tetap di rumah. Sebenarnya Aku iri dengan kaum-kaum perempuan yang aktif, tidak hanya di rumah saja, Aku ingin seperti mereka pejuang wanita, yang mati-matian membela kaum wanita yang tertindas, Aku ingin seperti mereka kaum wanita  yang berjuang untuk melawan ketidakadilan Gender. Tidak seperti ini, hanya berdiam diri di rumah. Aku merasa aku adalah mayat hidup, yang masih bernyawa.

Aku sangat mengagumi R.A kartini, beliau adalah salah satu inspiratorku, yang membuatku bercita-cita menjadi seorang Guru Agama, Seorang Aktivis, bahkan cita-citaku yang sangat konyol ialah ingin menjadi Menteri pemberdaya perempuan, bagiku itu tidak mungkin, kuliah saja harus keluar. Bagaimana mau jadi menteri??. Ya Allah, lalu aku harus jadi apa, agar aku tidak miskin cita-cita hanya karena penyakit ini? rintihku dalam hatiku. Aku juga mengagumi sosok wanita yang sangat hebat selain R.A Kartini, beliau adalah sebaik-baik wanita, beliau adalah bunda Aisyah istri Rasulullah, beliau istri sholehah, juga pejuang islam. Aku ingin seperti bunda Aisyah, menjadi pejuang agama islam dan juga menjadi Istri sholehah, aku kembali termenung dalam kesedihan, bagaimana mungkin aku menjadi istri sholehah? Laki-laki yang mencintaiku saja mungkin tidak ada, kecuali bapakku. Bagaimana mungkin aku dipersunting seorang laki-laki dan menikah dengannya, kalau aku ini penyakitan. dan sebentar lagi aku mati. Sebenarnya aku mencintai seseorang, dia kakak tingkatku dulu waktu kuliah. Tapi, aku harus sadar diri, Aku tak mungkin memilikinya. Aku cukup mencintainya dalam diam saja, sebenarnya sakit sekali.

Aku kembali merintih, ya Allah kalaupun aku harus mati dalam keadaan belum memiliki pendamping hidup dan belum bisa menjadi istri sholehah, semoga di akhirat nanti, Engkau memberikan aku jodoh, seorang  pangeran yang bermata jeli dan baik hati.

Aku juga merindukan masa-masa dimana aku ngaji di TPA kampungku, mengajar adik-adik TPA yang lucu-lucu, belajar Al quran, belajar kitab kuning, belajar Fiqh yang dibimbing langsung oleh bapak kyai. Andaikan Aku bisa melakukan aktivitas seperti dulu. Dan sore itu, ketika matahari sudah tenggelam di ufuk barat, Aku beranikan diri datang ke TPA, aku kangen dengan semuanya, aku kangen masa-masa itu. Sesampainya aku di TPA, Aku bagaikan orang asing di tempat itu, Aku seperti tersesat di sebuah tempat. di tempat ini, Aku seperti tidak ada, tidak dianggap, mungkin mereka jijik bertemu denganku gadis penderita kanker kulit. Ya Allah adilkah ini??. lagi-lagi aku merintih dalam hati, kenapa Aku yang terserang penyakit ini?? padahal Aku tidak pernah memakai zat-zat kimia untuk melukai kulitku, Aku juga tidak suka memakai make up, dan sejak aku masuk SMP aku juga sudah menutup aurat, kulit ku tidak pernah tersengat matahari langsung, tapi kenapa Aku yang terkena penyakit ini, kenapa bukan orang lain saja yang berpakaian hampir telanjang.

Untung saja bapak kyai dan Ibu Nyai menyambut kedatanganku dengan hangat, bahkan bisa dikatakan mereka menyambutku dengan istimewa. Bahkan bu nyai yang merupakan lulusan S1, jurusan Sastra Indonesia di salah satu perguruan Tinggi di Yogykarta. Beliau  juga tahu, kalo aku sering nnulis di rumah, pasti yang ngasih tau ibuku ini, siapa lagi kalo bukan ibu. Bu nyai juga memaksa aku agar aku bersedia memperlihatkan tulisanku kepada beliau, tapi aku tidak bersedia, sapertinya rasa percaya diriku ini sudah terrenggut oleh penyakit yang aku derita ini. Aku mengalami krisis percaya diri.

Selain R.A. Kartini dan Bunda Aisyah, aku juga sangat mengagumi beberapa penulis wanita di Indonesia, seperti Pipet Senja dan Asma Nadia, mereka juga salah satu inspiratorku yang membuatku suka menulis, walaupun  tidak ada yang tahu hasil karya tulisanku, bahkan ibuku dan bapakku ketika  mau membaca tulisanku, Aku tak mengizinkan. dan Ternyata penulis sehebat Pipiet Senja yang kelihatannya baik-baik saja itu,  juga memunyai penyakit, beliau harus rutin transfusi darah sepanjang hidupnya. Tapi, walaupun beliau dalam keadaan sakit, beliau tetap menghasilkan tulisan-tulisan yang bagus, dan memilii banyak penghargaan. Sedangkan Asma Nadia, beliau adalah penulis buku, bahkan banyak bukunya yang sudah best seller, Asma Nadia, yang awalnya kuliah di jurusan pertanian di IPB, beliau juga harus berhenti kuliah dikarenakan sakit, tapi semangat Asma Nadia untuk sembuh dan terus menulispun akhirnya berbuah manis, banyak penghargaan yang ia peroleh dan beliau juga sudah keliling dunia, bahkan memiliki sebuah lembaga sosial, Aku ingin seperti mereka, wanita-wanita tangguh yang bisa sukses, mempunyai karya-karya, berguna bagi sesama, ah... tapi. Aku terlalu sakit.

Menurut hasil pemeriksaan terakhir. Kata dokter, umurku tidak sampai setahun lagi, mungkin hanya sepuluh bulan. Karena kanker kulitku merupakan jenis kanker yang mematikan yang biasa disebut dengan Melanoma, dan kanker Melanoma ini adalah kanker yang paling cepat menyebar ke seluruh tubuh. Sehingga orang yang terserang kanker ini akan lebih cepat bertemu kematian. Apakah aku bisa bertahan lebih lama lagi? Apakah itu mungkin? Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Tapi kenyataannya, walaupun aku bisa menguatkan hatiku, tapi tubuhku tidak bisa aku kuatan, ternyata kondisiku semakin memburuk, kulitku semakin menjijikan saja, semakin membusuk dan semakin sakit, bahkan untuk keluar kamar menemui sodara-sodaraku yang datang untuk menjengukku aku tak berani, Aku malu.

Tak kusangka, teman-temanku yang aku kira sudah melupakan aku, ternyata mereka datang menjengukku, ada teman-teman sekolahku, ada teman-teman kuliahku dulu. Datangnya mereka kerumahku, bagai memberiku satu nyawa lagi untuk hidup, aku hampir lupa kalau umurku tidak akan lama lagi, walaupun kondisi wajah dan kulitku sangat menjijikkan seperti ini, untunglah mereka tidak risih denganku. Malah ada temanku yang iseng-iseng buka laptopku, sebenarnya aku hampir marah, tapi aku tidak punya alasan untuk marah. Sudahlah, mungkin ini saatnya orang lain tau kalau aku mempunyai tulisan-tulisan kecil, walaupun itu tidak seindah dan sepuitis para idolaku, toh ini kan hanya koleksi pribadiku saja.

Ternyata teman-temanku menyukai sebagian tulisan-tulisanku, malah si Rahma temanku yang tidak pernah menangis, ketika menonton Film dan baca Novel maupun cerpen atu puisi yang sangat sedihpun ia tak pernah meneteskan air mata. Tiba-tiba, setelah membaca puisiku yang berjudul “Tasbih Cinta Kesedihan”, yang mungkin masih jauh dari sempurna ini, tiba-tiba ia menagis, dan berkata “sumpah, puisimu bagus banget  ra, perlu di publikasikan ini” , sebenarnya aku terharu, ada temanku yang memuji hasil karyaku ini, tapi aku pura-pura cuek saja,  “ah, Rahma, aku ini penulis amatiran, masih jelek, belum layak di publikasikan, dan mungkin tidak akan pernah terpublikasikan” kataku pada rahma dan teman-temanku yang lain.

Kemudian ada juga temanku yang lain, namanya Salwa, dia bakat jadi penulis, bahkan ada beberapa tulisannya yang sudah dimuat di media massa ada juga yang sudah di bukukan, dan setelah ia membaca cerpenku yang berjudul “Lelaki Impianku” menurutnya cerpenku bagus, dan katanya perlu di lombakan. Ah, bagiku mereka hanya membahagiakan hatiku saja sebelum Aku mati, walaupun mereka juga tidak tahu kalau sebentar lagi Aku akan mati.

Menjelang sore, satu per satu temanku berpamitan pulang, sebenarnya Aku tidak mau mereka pulang, pasti aku akan kesepian lagi, tapi mereka juga punya kehidupan sendiri-sendiri. Aku juga punya kehidupan sendiri, kehidupan yang sebentar lagi akan usai. Aku sadar, sebagai makhlukNya yang jauh dari sempurna dan mempunyai banyak dosa. Sebelum mati, Aku harus memperbaiki diriku dulu, dengan cara selalu mendekatkan diriku padaNya,  walaupun hanya dengan bertayamum ketika berwudlu, semoga Allah selalu menerima ibadah hambanNya yang lemah ini, Alhamdulillah, sholat lima waktu tidak pernah Aku tinggalkan, bahkan sholat malam dan sholat dhuhapun selalu ku laksanakan,  dalam setiap doaku, Aku selalau memohon kepada Rabbku, agar Dia mengampuni segala dosa-dosaku, dosa Ibuku dan Bapakku, Aku sudah ikhlas bila harus mati kapan saja, walaupun Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan hidupku di akhirat nanti, tapi ada hal yang Aku takutkan, siapa yang akan merawat dan menjaga kedua orangtuaku nanti, ketika Aku sadah pergi? Orangtuaku tidak mempunyai anak lagi selain Aku, mereka sudah tua, umur Bapakku sudah setengah abad lebih, dan umur Ibuku juga hampir setengah abad, bahkan sebentar lagi Aku akan pergi meninggalkan mereka.

Hari-hari yang Aku lalui semakin bertambah buruk saja, kulitku semakin menjijikkan, kehidupan keluarga kami semakin pas-pasan, kami jatuh miskin, karena sudah banyak harta yang di jual demi kesembuhanku yang tak akan pernah sembuh. Aku heran, kenapa orangtuaku rela jatuh miskin demi menyembuhkan Aku, padahal tidak lama lagi aku akan mati, Aku takkan bisa membalas kebaikan orangtuaku. “Sudahlah buk, jangan jual barang ataupun tanah lagi, Ibuk dan Bapak sudah banyak berkorban untukku, Aku sidah ikhlas kalaupun harus mati”. Kataku pada Ibuku. Tapi ibu dan bapakku tetap saja berjuang mati-matian agar Aku sembuh,  padahal yang Aku harapkan hanyalah do’a  dan keikhlasan dari Ibu Bapak, agar Aku tenang di akhirat nanti, itu saja.

Hari kematianku semakin dekat, dan aku terus menulis. Setidaknya walaupun Aku mati, tapi tulisan-tulisanku tidak mati, walaupun hanya sebagian kecil saja yang tahu tentang tulisanku, tak masalah. Aku tidak berniat untuk mempublikasikannya. Dan Aku sudah berpesan kepada bapak dan ibuku agar mereka menyimpan tulisan-tulisanku. Aku juga sudah bilang kepada bu Nyai, beliau boleh membaca tulisan-tulisanku, bu Nyai kan lulusan sastra, barang kali beliau bisa mengkoreksi hasil karya-karyaku.

Setelah berhari-hari Aku berperang dengan sakit. Akhirnya hari kematianku tiba, hari itu tepat hari jum’at, dimana Aku ingin bangun dari tidurku, tapi Aku tidak bisa bangun, tubuhku lemas, kepalaku pusing sekali, dadaku sesak. Sangat sesak, dan aku sadar ternyata hari ini adalah hari kematianku, ternyata prediksi dokter benar, mungkin sekarang memang hari kematianku, tapi ternyata tidak, dengan rasa sakit yang sangat menyiksa, orangtuaku membawaku ke rumah sakit, sebenarnya Aku menolak untuk diajak ke rumah sakit, tapi tetap saja Aku dibawa kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Aku mendapat perawatan yang cukup intensif, tapi memang memang ini sudah takdirNya. Beberapa jam kemudian, dengan diiringi rasa sakit yang begitu hebatnya dan juga di iringi malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Dengan genggaman tangan yang begitu erat dari ibu bapakku, juga kalimat Tauhid dari mulutku yang begitu susah untuk aku lafadzkan, akhirya aku pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya, selamat tinggal Ibu, Bapak, selamat tinggal teman-temanku dan dengan sedih, aku mengucapakan selamat tinggal kepada cita-citaku yang tak sempat Aku raih.

Beberapa minggu setelah kematianku, Aku hidup sangat tenang di alam penantian, Allah mengistimewakan Aku, setiap malam Aku selalu hadir melihat orangtuaku yang sedang berdoa dan selalu mengirim doa untukku. Dan hal yang paling menakjubkan, ternyata Salwa salah satu temanku itu, mengirimkan cerpenku untuk di ikutkan lomba tingkat Nasional, yang diadakan langsung oleh kementrian Pemeberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak, ternyata sebelum hari kematianku tiba, Salwa mengirimkan cerpenku. Dan hari ini, setelah tiga minggu kematianku, pengumuman lomba tersebut diumumkan.

Aku tidak menyangka sama sekali, aku terpilih menjadi pemenangnya, Aku mendapat juara pertama, dan mendapatkan hadiah yang sangat membahagiakan, selain mendapatkan trophy dan uang sebesar 50 juta, Aku juga berkesempatan mengunjungi negara Turki, bersama dengan penulis favoritku Asma Nadia dan beberapa penulis lain, sayang itu semua tidak bisa aku lakukan. Dengan berlinang air mata. Ibuku menerima hadiah tersebut, mewakili Aku sang pemenangnya yang sudah mati. Aku bahagia sekaligus sedih, alasan Aku bahagia karena Aku menang lomba, walaupun tidak pernah ikut lomba, dan walaupun Aku sudah mati, tapi karya-karyaku masih abadi, dan tulisan-tulisanku yang lain juga akan di bukukan oleh salah satu penerbit. dan alasanku sedih adalah, Aku tidak bisa merasakan secara nyata kebahagiaanku itu, dan kesedihanku yang lain ialah, Aku tidak bisa mengungkapkan rasa cintaku pada kakak tingkatku itu, bahkan hingga sekarang Aku mati, Aku juga tidak bisa memilikinya. (the end)